Memang sore ini aku sengaja datang ke cafĂ© ini untuk menikmati panasnya secangkir kopi dan rokok sebagai pendamping setia sekedar pelepas penat setelah seharian berkutat dengan seabreg perkerjaan yang tak jelas ujung pangkalnya. Cangkir demi cangkir kuteguk dengan nikmat bersama hembusan kenikmatan asap rokok yang mengepul dengan mesranya. Saat kopi ini tinggal seteguk lagi jam sudah kian menggeser terik matahari dengan rona jingga yang memukau, seorang perempuan masuk dan mendudukan dirinya terpaut satu meja dari ku, dendan kecantikannya yang memukau, paras wajahnya terpoles sedemikian rupa hingga letih seorang pekerja tak tampak sedikitpun. Ia lepaskan blazernya dan tak lama secangkir kopi tersaji di hadapannya, ia mengeluarkan sebungkus rokok. Batang putih itu teselip elegan diantara bibir merah basah, tersulut dan terhisap. Dialihkan pandangan matanya keluar menembus kaca jendela yang menampilkan rintik – rintik hujan seraya perlahan ia hisap kembali sebatang kretek ditangannya, menghembuskannya kembali perlahan.
Hhhmm… seteguk kopi telah membasahi kerongkongannya, ia betulkan jilbabnya yang sedikit miring, memang ia seorang perempuan berjilbab dan perokok. Aku perhatikan kiri dan kanan ku terasa beberapa orang memicingkan matanya melihat wanita itu merokok. Sedikit bisik – bisik seorang perempuan disamping mejaku berkomentar ”Malu sama jilbab”. Emang ada apa dengan jilbab??, Memang apa bedanya perempuan berjilbab merokok dengan seorang laki – laki berpeci, berbaju koko dan merokok??... bagiku ternyata penggambaran oleh orang terhadap perempuan yang merokok adalah stigma. Stigma yang diartikan sebagai cap buruk, entah sejak kapan srigma ini menempel.
Pada jaman dahulu dan sekarang merokok dan perempuan selalu diartikan sebagai hal yang buruk, bahkan sampai amoral, tetapi apakah benar merokok adalah hal yang amoral ? ternyata semua itu hanyalah sebuah pencitraan atau lebih sebagai ketimpangan pencitraan. Ini bisa terjadi karena dalam aspek keIslaman terutama pada konteks masyarakat Indonesia pelekatan citra tidak pernah terlepas dari system dominasi yang di kembangkan oleh budaya patriarki.Dalam islam sendiri setahu saya tidak ada dalil yang menyatakan bahwa merokok itu dilarang, apalagi bagi seorang wanita, paling menjadi makruh lebih di karenakan pertimbangan manfaat dan akibatnya, bukan berdasar salah dan benarnya. Pernah ada ucapan” Islam tidak pernah melarang perempuan untuk merokok, tetapi Islam melarang perempuan untuk memamerkan auratnya” kalau sudah begini bukankah sewajarnya kita kembali bertannya pada diri kita sendiri, apakah berjilbab dan merokok adalah perbuatan yang terlarang?
Hhhmm… seteguk kopi telah membasahi kerongkongannya, ia betulkan jilbabnya yang sedikit miring, memang ia seorang perempuan berjilbab dan perokok. Aku perhatikan kiri dan kanan ku terasa beberapa orang memicingkan matanya melihat wanita itu merokok. Sedikit bisik – bisik seorang perempuan disamping mejaku berkomentar ”Malu sama jilbab”. Emang ada apa dengan jilbab??, Memang apa bedanya perempuan berjilbab merokok dengan seorang laki – laki berpeci, berbaju koko dan merokok??... bagiku ternyata penggambaran oleh orang terhadap perempuan yang merokok adalah stigma. Stigma yang diartikan sebagai cap buruk, entah sejak kapan srigma ini menempel.
Pada jaman dahulu dan sekarang merokok dan perempuan selalu diartikan sebagai hal yang buruk, bahkan sampai amoral, tetapi apakah benar merokok adalah hal yang amoral ? ternyata semua itu hanyalah sebuah pencitraan atau lebih sebagai ketimpangan pencitraan. Ini bisa terjadi karena dalam aspek keIslaman terutama pada konteks masyarakat Indonesia pelekatan citra tidak pernah terlepas dari system dominasi yang di kembangkan oleh budaya patriarki.Dalam islam sendiri setahu saya tidak ada dalil yang menyatakan bahwa merokok itu dilarang, apalagi bagi seorang wanita, paling menjadi makruh lebih di karenakan pertimbangan manfaat dan akibatnya, bukan berdasar salah dan benarnya. Pernah ada ucapan” Islam tidak pernah melarang perempuan untuk merokok, tetapi Islam melarang perempuan untuk memamerkan auratnya” kalau sudah begini bukankah sewajarnya kita kembali bertannya pada diri kita sendiri, apakah berjilbab dan merokok adalah perbuatan yang terlarang?
Sumber: Buku “Perempuan berbicara kretek” Abmi Handayani,dkk. Indonesia Berdikari. yovitacantik.blogspot.com, dan sumber lainnya
0 komentar:
Post a Comment